Udah lama banget saya pengen cerita
tentang ‘proyek’ pemerintah yang satu ini. Saya adalah salah seorang mahasiswa
PPGT angkatan pertama. Saya mengambil jurusan pendidikan teknik pesawat udara
dengan lokasi LPTK di UNJ.
Apa sih PPGT? PPGT sebenarnya
singkatan dari program pendidikan guru terintegrasi, banyak teman-teman yang
juga menambahkan kata galau sehingga menjadi PPGT Galau dan nama itu sempat
menjadi nama grup di facebook. Tujuan dari program ini adalah untuk mendidik
guru menjadi guru yang professional sesuai dengan bidangnya, sehigga guru juga mendapatkan
tunjangan sertifikasi setelah menyelesaikan pendidikan ini.
Proses penyaringannya ada beberapa
tahap, yang pertama
mendaftar secara online, kemudian tes psikotes online,
sampai tahap akhir yaitu wawancara. Tahap pertama yaitu mendaftar secara online
di web yang khusus dibuat dan dikembangkan oleh dikti dengan cara mengisi
kelengkapan data diri dan kemudian di seleksi secara administrasi. Setelah
lolos administrasi, kita akan diberi jadwal untuk tes lanjutan yaitu tes
psikotes secara online biasanya dilakukan di LPTK tempat mendaftar. Jika lulus
psikotes online, kemudian tahap terakhir yaitu wawancara, biasanya dilakukan di
LPTK tempat mendaftar juga. Kemudian hasilnya akan diumumkan lewat web juga.
Setelah lulus, para peserta PPGT
akan berstatus mahasiswa tanpa mendapat kartu tanda mahasiswa. Pendidikan PPGT
terdiri dari beberapa tahapan, yang pertama diberikan materi pedagogic di UNJ
selama tiga bulan. Kemudian materi tentang teknik pesawat udara diberikan di
STPI selama tiga bulan. Lalu kami balik lagi ke UNJ untuk workshop pembuatan
media dan perangkat pembelajaran selama tiga bulan. Kemudian kami PPL di SMK
penerbangan selama tiga bulan. Setelah semua tahapan pendidikan selesai
dilakukan evaluasi dengan ujian online yang diadakan di LPTK masing-masing,
ujian ini materinya tentang keteknikan dan juga pedagogic.
Jadi sebenarnya apanya yang galau?
Program ini membuat galau untuk
saya pribadi karena yang pertama, saya sudah diterima sebagai mahasiswa s2 di
UGM dan itu saya tinggalkan untuk mengikuti program ini. Program ini sebenarnya
sudah selesai dengan ujian yang dilaksanakan oleh kami para mahasiswa PPGT,
namun sampai detik ini (16 Januari 2014) kabar tentang kelanjutan program ini
belum kami terima, bahkan untuk sekedar penyerahan sertifikat kami pun belum
tahu kapan. Pihak penyelengara program ini pun terkesan lepas tangan dengan
memberi pernyataan agar kami mencari kerja saja, bagaimana kami bisa mencari
kerja di sekolah penerbangan jika sertifikat kami belum diberikan? Sukur-sukur
pihak sekolah percaya bahwa kami memang pernah belajar penerbangan, bagaiman kalau
kami hanya dianggap sebagai pembual karena tidak ada bukti?
Sebenarnya ketika program ini tengah
berjalan kami mendapat kunjungan dari perwakilan dikti dan kami diberi
kesempatan untuk bertanya, namun jawaban yang kami terima untuk program ini
sangat mengecewakan. Pihak dikti selaku penyelenggara program ini tidak dapat
menjanjikan apapun setelah kami lulus dari program ini, jangankan menyandang
status guru pegawai negeri sipil yang memang kami idamkan, untuk sekedar
penempatan setelah lulus pun mereka tidak bisa menjamin. Jadilah kami
terkatung-katung nasibnya tidak jelas setelah menyelesaikan program ini. Entah karena
pihak dikti yang memang tidak punya MOU ke smk penerbangan di Indonesia atau
memang dikti yang tidak punya kuasa/wewenang untuk menentukan/mengambil
keputusan.
Program ini terkesan seperti proyek
dadakan pemerintah yang tidak direncanakan dengan matang, lucunya ketika kami
presentasi sehabis PPL dan menguraikan tentang hal tersebut, pihak UNJ tidak
setuju akan pendapat itu. Kalau memang program ini sudah direncanakan dengan
matang harusnya tidak ada nasib yang terbengkalai disini. Bahkan ketika kami
belajar di STPI, pihak STPI sendiri binggung dengan program ini. Kami diberi waktu
tiga bulan untuk dapat menguasai tentang pesawat udara, yang normalnya
diselesaikan dalam kurun tiga-empat tahun oleh para taruna di STPI atau paling
tidak satu setengah tahun untuk para pencari licence. Pihak STPI pun juga
binggung tentang bentuk sertifikat yang harus mereka buat untuk kami, semoga
sertifikatnya juga sudah selesai.
Saya dapat mengambil kesimpulan
dari program ini yaitu ini hanyalah sebuah ‘proyek’ dari sekian banyak proyek
yang dilakukan oleh pemerintah untuk sekedar mempertebal isi kantong para
pejabat yang terlibat. Mungkin KPK harus turun tangan menanggapi isu ini. Apapun
itu hanya Allah yang tahu dan saya hanya bisa berdoa agar diberi yang terbaik
karena menurut saya tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar